HUTAN
TROPIS
Pengertian dan Definisi dari Hutan tropis
adalah hutan alam yang terletak di antara garis 23°27" Lintang Utara dan
23°27" Lintang Selatan, berada pada daerah iklim tropis. Hutan Tropis
terdapat di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, Australia bagian Utara,
sebagian besar wilayah Afrika, Kepulauan Pasifik, Amerika Tengah dan sebagian
besar wilayah Amerika Selatan. Luas dari daerah tropis mencakup 30 persen dari
keseluruhan wilayah di permukaan bumi.
Di daerah hutan tropis hanya terdapat dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, dengan curah hujan yang tinggi.
Berbeda dengan daerah sub tropis atau temperate yang mempunyai empat musim
yaitu musim panas (summer), musim gugur (autum), musim dingin (winter) dan
musim semi (spring).
Keragaman jenis satwa maupun flora di daerah
hutan tropis sangat tinggi dibandingkan pada lokasi yang lain. Kondisi habitat
pada daerah hutan tropis sangat heterogen, menyebabkan muculnya keanekaragaman
jenis yang tinggi. Keranekaragaman jenis yang terbesar terdapat pada hutan
tropis di Asia Tenggara, kemudian hutan tropis Amazon setelah itu hutan tropis
Afrika. Perkiraan jumlah spesies pohon di hutan tropis Asia Tenggara sebanyak
12.000 - 15.000 spesies, untuk hutan tropis Amazon Amerika Latin sebesar 5000 -
7000 spesies, sedang pada hutan tropis Afrika sebesar 2000 - 5000
spesies.Struktur hutan tropis secara vertikal terdapat beberapa stratifikasi.
Struktur vertikal hutan tropis berlapis-lapis disebut stratum yang terdiri dari
:
- Stratum bawah
- Stratum tengah
- Stratum atas
- Pohon tertinggi
Ciri-ciri hutan hujan
tropis adalah sebagai berikut.
- Hutan tersebut lebat,
terdiri atas beribu-ribu jenis pohon besar dan kecil yang tingginya sampai 60
m.
- Banyak tumbuh-tumbuhan panjat.
- Terdapat berjenis-jenis palem.
- Banyak tumbuh-tumbuhan paku (pakis dan anggrek).
Contoh
=hutan musim pada saat musim gugur di Indonesia bagian tengah.
=daerah sabana yang banyak ditumbuhi tanaman semak belukar
dan diselingi satu dua pohon terdapat di Indonesia bagian tengah.
=Vegetasi jenis kaktus
- Banyak tumbuh-tumbuhan panjat.
- Terdapat berjenis-jenis palem.
- Banyak tumbuh-tumbuhan paku (pakis dan anggrek).
Contoh
=hutan musim pada saat musim gugur di Indonesia bagian tengah.
=daerah sabana yang banyak ditumbuhi tanaman semak belukar
dan diselingi satu dua pohon terdapat di Indonesia bagian tengah.
=Vegetasi jenis kaktus
Jenis
flora di Indonesia Tengah antara lain yang menonjol: kayu eboni atau kayu besi
yang terdapat di Sulawesi dan kayu cendana yang terdapat di Nusa Tenggara
Timur. Jenis faunanya antara lain babi rusa dan anoa yang terdapat di Sulawesi
dan komodo yang terdapat di Pulau Komodo dekat Flores.
Indonesia
mempunyai hutan tropis
dengan luas terbesar
ketiga setelah Brazil dan
Zaire, sehingga memiliki
tanggung jawab dalam
melestarikan agar tetap dapat berfungsi sebagai paru-paru dunia. Fungsi hutan
menurut Suparmoko (1997) di antaranya
adalah mengatur tata
air, mencegah dan
membatasi banjir, erosi, serta
memelihara kesuburan tanah;
menyediakan hasil hutan
untuk keperluan masyarakat pada
umumnya dan khususnya
untuk keperluan pembangunan industri
dan ekspor sehingga
menunjang pembangunan ekonomi; melindungi suasana
iklim dan memberi
daya pengaruh yang
baik; memberikan keindahan alam
pada umumnya dan khususnya dalam bentuk cagar alam, suaka margasatwa, taman
perburuan, dan taman wisata, serta sebagai laboratorium untuk ilmu pengetahuan,
pendidikan, dan pariwisata ; serta merupakan salah satu unsur strategi
pembangunan nasional.
Luas
kawasan hutan Indonesia
tahun 2012 mencapai
130,61 juta ha. Kawasan
tersebut diklasifikasi sesuai
dengan fungsinya menjadi
kawasan konservasi (21,17 juta
ha), kawasan lindung
(32,06 juta ha),
kawasan produksi terbatas (22,82 juta ha), kawasan produksi (33,68 juta ha)
dan kawasan produksi yang dapat dikonversi (20,88 juta ha) Luas kawasan
hutan tersebut mencapai 68,6% dari total
luas daratan Indonesia
sehingga menjadi salah
satu potensi sumber daya
alam yang rawan
terjadi kerusakan karena
kepentingan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tingkat
kerusakan hutan di Indonesia tahun 2012 mencapai 0,45 terbagi menjadi kerusakan
kawasan hutan 0,32 dan di luar kawasan hutan 0,13 per tahun. (Kementerian Kehutanan,
2012)
Kerusakan lahan dan hutan menjadi salah satu
permasalahan lingkungan yang perlu penanganan serius dan melibatkan berbagai
pihak seperti pemerintah, masyarakat,
LSM, Akademisi dan
lainnya. Faktor-faktor penyebab
rusaknya hutan dan meluasnya lahan kritis diantaranya yaitu
pembalakan liar, kebakaran hutan, ataupun alih fungsi lahan sebagai
akibat dari desakan ekonomi masyarakat terutama di sekitar hutan.
Kementerian
Kehutanan telah menetapkan
program-program prioritas
untuk mengatasi kerusakan
hutan dan meluasnya
lahan kritis, antara
lain: pemberantasan illegal logging,
revitalisasi sektor kehutanan,
rehabilitasi dan konservasi sumber
daya hutan, pemberdayaan
masyarakat di dalam
dan sekitar hutan dan
pemantapan kawasan hutan.
Program pemberdayaan masyarakat
di sekitar dan di
dalam hutan mempunyai
tujuan yang jelas,
yaitu: meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya hutan meningkatkan
keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar
dan di dalam
hutan (Darusman dan
Hardjanto,2006) Program-program
untuk mengatasi meluasnya
lahan kritis telah
dilakukan terutama di
kawasan
Daerah Aliran Sungai (DAS) dan dalam rangka
untuk meningkatkan kesadaran serta partisipasi masyarakat di sekitar hutan
seperti Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan
dan Lahan (Gerhan),
Social Forestry (Pengembangan
hutan Rakyat/HR,
Hutan
Kemasyarakatan/HKm, Hutan Desa/HD),
serta Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan/AUK (Rotan, Madu,
Sutera Alam). Salah satu pola
rehabilitasi lahan kritis secara
vegetasi adalah dengan
membangun hutan rakyat.
Melalui pembangunan hutan rakyat
akan terjadi peningkatan
produktivitas lahan serta menunjang konservasi tanah dan air
(Andayani, 1995)
Potensi hutan rakyat di Indonesia sangat
besar, meliputi 1.271.505,61 ha, dengan jumlah
perkiraan tegakan di
dalamnya sebanyak 42.965.519
pohon(Sahadat dan Sabarui,2008). Adapun jenis tanaman yang paling banyak
ditanam di hutan rakyat,
diantaranya adalah Tanaman
Kayu-Kayuan seperti Sengon (albizia falcataria),
Mahoni (swietenia macrophylla), Jati (tectona
grandis), Akasia (acacia
mangium), Sonokeling (dalbergia latifolia), Gamal
(inocarpus edulis), Mindi
(melia azadararah), Cemara
(causuarina equisetifdia) dan Tanaman
MPTS (Multi Purposes Trees
Species) seperti Pete (parkia
speciosa), Nangka (artocarpus
integra), (Suren (toona sureni), Mangga (mangifera indica), Melinjo (gnetum gnemon), Kelapa (cocos nicifera), Kemiri (aleurites moluccana), Pinang (casearia coriacea), Mete (daemonorops
niger), Rambutan (nepheliumlappaceum), Durian
(durio ziberthinus), Bambu
(gigancochloa apus),
Sungkai (heterophrogma macrolobum), Karet
(ficus elastica), Kopi (abelmoschus esculentus), Kapuk
(ceiba pentandra), Ampupu
(ecalyptus urophylla), Johar (cassia siamea),
Cempedak (artocarpus champeden), Angsana
(pterocarpus indica), Nyatoh (palaquium javense), Enau (arenga pinnata), Asam (tamarindus
indica), Kaliandra (calliandra calothygisus), Matoa
(pometia pinnata)
dan Sonokrit (dalbergia sisso).
(Sahadat dan Sabarudi, 2008)
Karakter hutan rakyat di Jawa dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) yaitu hutan rakyat yang
murni ditanami kayu-kayuan;
hutan rakyat yang
ditanami kayu dan
buahbuahan; dan hutan
rakyat yang ditanami
kayu, buah-buahan dan
emponempon.(Jariyah dan Wahyuningrum, 2008)
Hutan
rakyat memiliki peluang
dan potensi yang
sangat besar dalam memajukan industri
kehutanan, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, memperbaiki
kualitas lahan, dan
menjaga kesuburan tanah
serta tata
air.(Priyambodo,2010)
Produktivitas hutan rakyat
di pulau Jawa rata-rata 2,29 m³/ha/tahun atau
lebih dari tiga
kali lipat produktivitas
hutan Perhutani (hutanyang dikelola oleh Perum Perhutani di
Jawa) yaitu 0,73 m³/ha/tahun (Arupa, 2011)
Selain
memiliki fungsi ekologis,
hutan rakyat juga
berfungsi sosial dan ekonomi.
Hutan Rakyat di
Jawa berpotensi memasok
bahan baku kayu
sampai 40% dari kebutuhan
nasional yang kini mencapai 43 juta meter kubik per tahun. Dengan potensi
produksi sampai 16 juta meter kubik per tahun, kontribusi hutan rakyat di
Jawa yang luasnya
mencapai 2.799.181 ha
cukup signifikan terhadap kebutuhan kayu
nasional. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh
Hermawan, Santoso dan Suprapto (2008) di Desa Kare Kecamatan Kare
Kabupaten Madiun menunjukkan bahwa pembangunan
hutan rakyat di
daerah tersebut selain
untuk mengatasi lahan kritis
dan kosong, juga
memberikan dampak peningkatan ekonomi masyarakat
melalui produksi kayu,
pendirian koperasi, sertapengembangan ternak dan pakan ternak.
Secara sosial diketahui adanya partisipasi dan
dukungan masyarakat dalam
pengembangan hutan rakyat,
terbentuknya kelompok tani yang
menjadi wadah/sarana
penyuluhan dan sosialisasi
program kehutanan dan pemberdayaan
masyarakat.
PERAIRAN LAUT
Laut adalah bagian permukaan bumi yang cekung dan tertutup oleh air yang
mempunyai kadar garam tinggi.
1. Klasifikasi Perairan
Laut
a. Berdasarkan luas
dan bentuknya
– Teluk adalah
bagian laut yang menjorok ke darat
– Selat adalah
laut yang relative sempit dan terletak antara dua pulau
– Laut adalah
perairan yang terletak di antara pulau-pulau yang relative lebih luas
dibandingkan dengan selat
– Samudera adalah
laut yang sangat luas dan terletak diantara benua
b. Berdasarkan proses
terjadinya
– Laut trangresi
laut yang terjadi karena ada genangan air laut terhadap daratan pada waktu
berakhirnya zaman es
– Laut Regresi
laut yang menyempit yang terjadi pada zaman es karena penurunan permukaan air
laut sebagai akibat adanya
penurunan
– Laut Ingresi
laut yang terjadi karena dasar laut mengalami gerakan menurun
c. Menurut
kedalamannya
1. Zona Littoral
Atau zona pesisir laut terletak diantara garis pasang dan garis surut. Kedalamannya
0 meter.
2. Zona Neritik ( laut dangkal )
Adalah laut yang terletak pada kedalaman 0 m – 200 m. cirri-ciri zona
neritik :
– Sinar matahari
masih menembus dasar laut
– Kedalamannya 200
m
– Bagian banyak
terdapat ikan dan tumbuhan laut
3. Zona Batial ( laut
dalam )
Adalah laut yang terletak pada kedalaman 200 m – 1.000 m. Zona ini
merupakan batas antara daratan dan perairan.
Ciri-ciri zona batial :
– Sinar matahari
tidak ada lagi
– Kedalaman antara
200 m – 1.000 m
– Tumbuh-tumbuhan
jumlahnya terbatas
4. Zona Abisal ( laut sangat dalam
/ palung laut )
Adalah laut yang terletak pada kedalaman lebih dari 1.000 m sampai 6.000
m. Ciri – cirri zona abisal :
– Sinar
matahari tidak ada lagi
– Kedlaman antara
1.000 m – 6.000 m
– Suhu sangat
rendah sudah mencapai titik beku air
– Tumbuh-tumbuhan
tidak ada lagi dan jumlah binatang menjadi terbatas
2. Gerakan Air Laut
a. Pasang surut air
laut
Permukaan laut dalam satu hari mengalami perubahan yang disebut pasang
surut. Faktor utama yang mempengaruhi pasang surut adalah posisi bulan dan
posisi matahari. Pada saat posisi bulan dan matahari sejajar maka tinggi pasang
akan mencapai maksimum
b. Gelombang
Adalah gerakan air laut naik turun atau secara vertical. Gelombang
mempunyai dimensi, seperti panjang, tinggi, kecepatan, periode, frekuensi dan
arah datangnya gelombang. Gelombang laut terjadi karena beberapa factor seperti
:
1. Gerakan lempeng tektonik
Gerakan lempeng tektonik dapat menyebabkan gempa tektonik. Akibat dari
gempa tersebut dapat menyebabkan gelombang tsunami. Berikut merupakan
video ilustrasi terjadinya gelombang tsunami
2. Aktivitas vulkanik
Gunung meletus dapat menyebabkan terjadinya gelombang besar.
3. Aktivitas angin
Tiupan angin bisa menyebabkan terjadinya gelombang air laut
c. Arus laut
Pergerakan massa air laut secara teratur dari suatu tempat ke tempat
lain disebut arus laut. Arus laut terjadi karena beberapa
faktor yaitu :
1. Tiupan angin
2. Perbedaan kadar garam
3. Perbedaan suhu.
3. Manfaat Perairan Laut
1. Sumber mata pencaharian penduduk
2. Sarana transportasi laut
3. Pembangkit tenaga listrik
4. Tempat wisata bahari
5. Pengatur iklim
6. Tempat pertahanan dan keamanan
7. Sumber bahan tambang
Pada
perairan Indonesia laut – laut yang merupakan jenis laut ingresi adalah: Laut
Banda (kedalaman 7.440 meter), Laut Maluku, Laut Flores, Laut Sulawesi. Di luar
Indonesia perairan laut yang merupakan jenis laut ingresi adalah: Laut Jepang
(kedalaman 4.000 meter), Laut Karibia (kedalaman 5.505 meter).
3.
Laut Regresi
Laut yang menyempit, terjadinya karena menyempitnya luas permukaan laut
karena kegiatan erosi dan sedimentasi yang tiada henti-hentinya serta
berlangsung selama berabad-abad mengakibatkan semakin meluasnya dataran
pantai. Pada perairan Indonesia.
BATU BARA
Batu bara adalah salah satu bahan
bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen
yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur
utamanya terdiri dari karbon, hidrogen
dan oksigen.
Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki
sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai
bentuk.
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu
dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman
Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa
pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu
bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.
Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk
endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti
Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di
berbagai belahan bumi lain.
Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis
terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda
(termasuk Pulau Sumatera
dan Kalimantan),
pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai
batu bara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun
yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang
lalu menurut Skala waktu geologi.
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut
pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa
diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah
rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini
terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat
masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan
sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu
bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar
abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada
lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah
pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian
besar Kalimantan.
Endapan batu bara Eosen
Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional
yang dimulai sekitar Tersier Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen
di Sumatera
dan Kalimantan.
Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian
Paparan Sunda, dari sebelah barat Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga
Sumatera. Dari batuan sedimen yang pernah ditemukan dapat diketahui bahwa
pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen Tengah. Pemekaran Tersier
Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada tatanan busur
dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-Australia.[3]
Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin, terutama
fluviatil, kipas aluvial dan endapan danau yang dangkal.
Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara
terjadi sekitar Eosen Tengah - Atas namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni
Eosen Atas hingga Oligosen Bawah. Di Sumatera bagian tengah, endapan fluvial
yang terjadi pada fase awal kemudian ditutupi oleh endapan danau (non-marin).[3]
Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara dimana endapan
fluvial kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran
pantai yang kemudian ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin
berumur Eosen Atas.[4]
Endapan batu bara Eosen yang telah umum dikenal terjadi
pada cekungan berikut: Pasir
dan Asam-asam (Kalimantan Selatan
dan Timur), Barito (Kalimantan Selatan),
Kutai Atas (Kalimantan Tengah
dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan
Barat), Tarakan (Kalimantan
Timur), Ombilin (Sumatera
Barat) dan Sumatera
Tengah (Riau).
Dibawah ini adalah kualitas rata-rata dari beberapa
endapan batu bara Eosen di Indonesia.
Tambang
|
Cekungan
|
Perusahaan
|
Kadar air total (%ar)
|
Kadar air inheren (%ad)
|
Kadar abu (%ad)
|
Zat terbang (%ad)
|
Belerang (%ad)
|
Nilai energi
(kkal/kg)(ad)
|
Satui
|
Asam-asam
|
PT
Arutmin Indonesia
|
10.00
|
7.00
|
8.00
|
41.50
|
0.80
|
6800
|
Senakin
|
Pasir
|
PT
Arutmin Indonesia
|
9.00
|
4.00
|
15.00
|
39.50
|
0.70
|
6400
|
Petangis
|
Pasir
|
PT
BHP Kendilo Coal
|
11.00
|
4.40
|
12.00
|
40.50
|
0.80
|
6700
|
Ombilin
|
Ombilin
|
PT
Bukit Asam
|
12.00
|
6.50
|
<8.00
|
36.50
|
0.50
- 0.60
|
6900
|
Parambahan
|
Ombilin
|
PT
Allied Indo Coal
|
4.00
|
-
|
10.00
(ar)
|
37.30
(ar)
|
0.50
(ar)
|
6900
(ar)
|
(ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian
Coal Mining Association, 1998
Endapan batu bara Miosen
Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah -
Tengah pada Paparan Sunda telah berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen
ini terjadi transgresi marin pada kawasan yang luas dimana terendapkan sedimen
marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen batugamping. Pengangkatan dan
kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik Neogen di Kalimantan maupun
Sumatera. Endapan batu bara Miosen yang ekonomis terutama terdapat di Cekungan
Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur), Cekungan Barito (Kalimantan Selatan) dan
Cekungan Sumatera bagian selatan. Batu bara Miosen juga secara ekonomis
ditambang di Cekungan Bengkulu.
Batu bara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan
fluvial, delta dan dataran pantai yang mirip dengan daerah pembentukan gambut
saat ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama lainnya adalah kadar abu dan
belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya batu bara Miosen ini
tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali jika
sangat tebal (PT Adaro) atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batu bara
Miosen di beberapa lokasi juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan
Pinang dan Prima (PT
KPC),
endapan batu bara di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan
beberapa lokasi di dekat Tanjungenim, Cekungan Sumatera bagian selatan.
Tabel dibawah ini menunjukan kualitas rata-rata dari
beberapa endapan batu bara Miosen di Indonesia.
Tambang
|
Cekungan
|
Perusahaan
|
Kadar air total (%ar)
|
Kadar air inheren (%ad)
|
Kadar abu (%ad)
|
Zat terbang (%ad)
|
Belerang (%ad)
|
Nilai energi
(kkal/kg)(ad)
|
Prima
|
Kutai
|
PT
Kaltim Prima Coal
|
9.00
|
-
|
4.00
|
39.00
|
0.50
|
6800
(ar)
|
Pinang
|
Kutai
|
PT
Kaltim Prima Coal
|
13.00
|
-
|
7.00
|
37.50
|
0.40
|
6200
(ar)
|
Roto
South
|
Pasir
|
PT
Kideco Jaya Agung
|
24.00
|
-
|
3.00
|
40.00
|
0.20
|
5200
(ar)
|
Binungan
|
Tarakan
|
PT
Berau Coal
|
18.00
|
14.00
|
4.20
|
40.10
|
0.50
|
6100
(ad)
|
Lati
|
Tarakan
|
PT
Berau Coal
|
24.60
|
16.00
|
4.30
|
37.80
|
0.90
|
5800
(ad)
|
Air
Laya
|
Sumatera
bagian selatan
|
PT
Bukit Asam
|
24.00
|
-
|
5.30
|
34.60
|
0.49
|
5300
(ad)
|
Paringin
|
Barito
|
PT
Adaro
|
24.00
|
18.00
|
4.00
|
40.00
|
0.10
|
5950
(ad)
|
(ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian
Coal Mining Association, 1998
Potensi sumberdaya batu bara di Indonesia sangat
melimpah, terutama di Pulau Kalimantan
dan Pulau Sumatera,
sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara walaupun dalam jumlah
kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa
Barat, Jawa
Tengah, Papua,
dan Sulawesi.
Badan Geologi Nasional memperkirakan Indonesia masih
memiliki 160 miliar ton cadangan batu bara yang belum dieksplorasi. Cadangan
tersebut sebagian besar berada di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan. Namun
upaya eksplorasi batu bara kerap terkendala status lahan tambang. Daerah-daerah
tempat cadangan batu bara sebagian besar berada di kawasan hutan konservasi.[5]
Rata-rata produksi pertambangan batu bara di Indonesia mencapai 300 juta ton
per tahun. Dari jumlah itu, sekitar 10 persen digunakan untuk kebutuhan energi
dalam negeri, dan sebagian besar sisanya (90 persen lebih) diekspor ke luar.
Di Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama
selain solar (diesel
fuel) yang telah umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis
batu bara jauh lebih hemat dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai
berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori sedangkan batu bara hanya Rp 0,09/kilokalori,
(berdasarkan harga solar
industri Rp. 6.200/liter).
EMAS
Emas adalah unsur kimia yang bersimbol Au (Aurum) dan
nomor atom 79. Emas tidak bereaksi dengan senyawa kimia lainnya. Emas merupakan
logam mulia yang lunak dan mudah ditempa, serta berat jenisnya tergantung pada
jenis dan kandungan logam lain yang terpadu dengannya. Potensi endapan emas
berpotensi di seluruh wilayah Indonesia, seperti di pulau Sumatra, kepulauan
Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Indonesia
memiliki emas yang sangat melimpah namun pada perkembangannya banyak yang di
olah ataupun dikuasai oleh pihak asing. Bagaimanapun kekayaan sumber daya alam
kita belum di exploitasi secara maksimal.
MINYAK
DAN GAS
Migas (minyak dan gas) atau dengan satu nama ilmiah
disebut petroleum merupakan komplek hidrokarbon
( senyawa dari hidrogen dan karbon ) yang terjadi secara ilmiah di dalam
kerak bumi. Wujudnya bisa cair, padat, dan gas.
Minyak dan gas sangat dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari sebagai manusia. Baik dalam kebutuhan rumah tannga, perusahaan
maupun instansi pemerintah yang di olah oleh pemerintah melalui pertamina.
Namun walaupun Indonesia memiliki minyak dan gas dalam
perut buminya yang melimpah tapi Indonesia pun menjadi peng-impor minyak dan
gas. Karna minyak dan gas menjadi hal yang penting bagi hajat manusia banyak
maka minyak dan gas di atur dalam perundang-undangan.
Selayaknya menjadi manusia yang berintelek kita pun harus
bijak menggunakan sumber daya yang ada yang tersedia di bumi kita ini.